Memperingati Hari Tanpa TV, Juli 20 2009
dan hari Anak Indonesia, Juli 23 2009
Jangan tv yang diharamkan bahkan dibuang pesawatnya melainkan gunakan strategi untuk menyiasati televisi. Ubahlah dampak negatif tv menjadi sebuah energi yang positif dan melejitkan kepandaian seseorang karena kehidupan modern tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi, terutama televisi.
dan hari Anak Indonesia, Juli 23 2009
Jangan tv yang diharamkan bahkan dibuang pesawatnya melainkan gunakan strategi untuk menyiasati televisi. Ubahlah dampak negatif tv menjadi sebuah energi yang positif dan melejitkan kepandaian seseorang karena kehidupan modern tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi, terutama televisi.
Semua benda ciptaan manusia bahkan alam selalu berdampak baik positif maupun negatif. Kemudian, singkirkan dampak negatif dan raihlah dampak positif. Berbagai cara untuk meraih dampak positif tersebut. Dampak kesehatan, kebiasaan menonton TV dalam waktu yang lama berdampak buruk pada kesehatan mata, terlebih pada anak-anak. Televisi memancarkan sinar biru yang berbahaya bagi anak. Sinar biru menyebabkan degenerasi (kerusakan) retina. Ada dua hal yang mempengaruhi jumlah sinar biru yang diterima anak, yaitu lamanya menonton TV dalam satu hari dan jarak saat menonton TV.
Hasil penelitian mahasiswa Kedokteran UI yang terdiri atas Pratiwi Rapih Astuti, Wahyu Budi Santosa, Allan Taufiq, dan Dwi Notosusanto, mengungkapkan bahwa semakin lama waktu menonton TV, skor fungsi retina semakin rendah. Mata anak sangat rentan akibat sinar biru, karena lensa mata mereka relatif jernih sehingga tidak dapat meredam sinar biru dengan maksimal. Penelitian itu menyimpulkan bahwa lama waktu menonton TV sehari yang disarankan adalah 60 menit untuk anak berumur 6-9 tahun, dan 90 menit untuk anak berumur 9-13 tahun. Adapun soal jarak layar televisi dan mata si anak, penelitian menganjurkan jarak menonton TV lebih dari empat meter. Hal itu baik untuk mencegak kerusakan retina mata.
Dampak sosial yang muncul adalah anak yang sering menonton tv sendiri tanpa kawan akan memupuk jiwa egoistisnya dan melemahkan jiwa empatinya. Untuk itu, anak harus didampingi oleh kawannya atau orang tua sambil mengarahkan berdasarkan isi siaran tv.
Oleh karena anak berkembang dari tahap imitasi, kekuatan menirunya akan lebih tinggi tanpa dipikir lebih dahulu. Cara menyiasatinya adalah dengan memberikan penjelasan makna yang mendidik kepada anak.
"Siapa yang ingin sukses dalam kehidupan,
hendaknya jangan menghandalkan kepada hal-hal kebetulan"
hendaknya jangan menghandalkan kepada hal-hal kebetulan"
0 komentar:
Posting Komentar